Bedah Buku Bisnis #35: The Kremlin School of NEGOTIATION | Mukti Baskara Anugrah

Topik: Diskusi Buku “The Kremlin School of Negotiation” oleh Igor Ryzov

Inti Pembahasan Buku:

  • Negosiasi adalah gabungan antara seni (art) dan ilmu (science); ia melibatkan metode yang sistematis sekaligus naluri dan intuisi personal.
  • Negosiasi tidak sekadar soal menang atau kalah, tetapi tentang proses berkelanjutan dan membangun hubungan jangka panjang.
  • Negosiator efektif harus mampu:
    1. Memahami dan mempertahankan kepentingan diri.
    2. Mengelola emosi sendiri.
    3. Mengelola emosi lawan bicara.

Lima Postulat Kremlin School of Negotiation:

  1. Keep Quiet and Listen: Mendengarkan secara aktif membuat lawan bicara mengungkap informasi penting dan merasa dihargai.
  2. Ask Questions: Negosiator yang bertanya memegang kendali arah pembicaraan (konsep “host vs guest”).
  3. Depreciate: Menurunkan posisi lawan untuk menekankan superioritas value kita (tanpa menjatuhkan secara kasar).
  4. Roll Out the Red Carpet: Setelah depresiasi, tawarkan solusi yang membuat lawan bicara merasa dihargai dan punya jalan keluar.
  5. Put the Opponent in the Zone of Uncertainty: Ciptakan ketidakpastian terkontrol untuk menstimulasi respon sesuai keinginan kita.

Penerapan Strategi:

  • Pendekatan Lion and Fox dari Machiavelli: negosiator harus mampu bersikap keras (lion) namun juga licin dan adaptif (fox).
  • Kremlin method cocok untuk negosiasi “sekali selesai” (tidak berkelanjutan). Untuk hubungan jangka panjang diperlukan pendekatan lain.

Diskusi dan Pendalaman:

  • Empati dan Budaya: Budaya sangat mempengaruhi cara seseorang bereaksi dalam negosiasi. Penting memahami latar belakang dan lingkungan lawan bicara.
  • Deadlock: Jika negosiasi buntu, siapkan BATNA (Best Alternative to a Negotiated Agreement). Deadlock tidak selalu buruk, tetapi butuh strategi keluar.
  • Psikologi dan Bahasa: Gunakan psikologi positif dan hindari kata negatif (misal “jangan”), serta gunakan strategi komunikasi seperti hipnoterapi dan pendekatan emosional.
  • Contoh Praktis: Kasus memecahkan konflik tanah di daerah dengan pendekatan budaya (menjodohkan anak), menunjukkan pentingnya kearifan lokal.

Refleksi dan Pembelajaran:

  • Negosiasi bukan duel, tapi pertukaran nilai dan empati.
  • Semua orang bernegosiasi setiap hari, terlepas dari profesi atau posisi.
  • Mendengarkan dan bertanya adalah dua keterampilan kunci yang memperbesar amplitudo pengaruh dalam “pendulum negosiasi”.

Catatan: ringkasan ini dibuat oleh AI (Artificial Inteligence), kesalahan bisa terjadi. Silahkan nonton video aslinya (lengkap) agar tidak salah.
-AI-

More from author

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Related posts

Advertismentspot_img

Latest posts

BREED #268: Building A Story Brand 2.0 | Mega Wulandari, Ari Eko P & Fuad A Herya

https://www.youtube.com/watch?v=kjZ3L9zJxSQ Topik: Pengantar dan Latar Diskusi Pertemuan Breed ke-268 dengan reviewer Mbak Megah dan komentator Mas Ari. Komunitas banyak membahas buku bisnis, namun juga merambah personal...

BREED #267: Prisoners of Geography | Antonius KK, Defbry Margiansyah & Titus Herdiawan

https://www.youtube.com/watch?v=u0LFa8fOw-k Topik: Review Buku Prisoners of Geography oleh Tim Marshall Poin-poin: Acara rutin Breed ke-267 menampilkan Antonius Karyanto Carsono sebagai reviewer dan Dave Bargianshah (BRIN) sebagai...

Ferry Felani: Dari Luka Batin Menuju Panggilan Hidup dan Gaya Hidup Membaca

Kadang, perjalanan menuju panggilan hidup tidak selalu dimulai dari kenyamanan. Bagi Ferry Felani, seorang gembala sidang yang telah melayani lebih dari 20 tahun, perjalanan...