Bedah Buku Bisnis #34: Thinking, Fast and Slow | Inayati Khaerinnisaa & Djarot Subiantoro

Topik: Ringkasan Diskusi Buku “Thinking, Fast and Slow” oleh Daniel Kahneman

Pemaparan Isi Buku oleh Pembicara Utama (Mbak Ina):

  • Buku ini tidak mudah dibaca; butuh waktu dari 2019 hingga 2021 untuk menyelesaikannya karena isi yang sangat padat dan mendalam.
  • Buku membahas dua sistem berpikir manusia:
    • Sistem 1: cepat, intuitif, otomatis, emosional, paralel, effortless.
    • Sistem 2: lambat, rasional, analitis, logis, serial, penuh usaha (effortful).
  • 95% keputusan manusia dikendalikan oleh Sistem 1 (emosional), meski banyak yang mengira dirinya rasional.
  • Contoh ilustrasi: soal matematika sederhana memicu Sistem 1, sedangkan soal kompleks memicu Sistem 2.
  • Iklan dan strategi politik biasanya menargetkan Sistem 1 untuk menggugah emosi dan asosiasi memori.
  • Kutipan penting: “Nothing in life is as important as you think it is while you are thinking about it.”

Diskusi dan Tanggapan Peserta:

  • Pak Jarot (praktisi bisnis IT): menegaskan dalam kepemimpinan, Sistem 1 digunakan untuk inisiatif cepat dan inovasi, sedangkan Sistem 2 untuk perhitungan dan keberlanjutan. Disampaikan pula bahwa faktor genetik, pendidikan, dan budaya kerja memengaruhi dominasi sistem berpikir seseorang.
  • Bu Oktina (psikolog): menambahkan bahwa walau Sistem 2 hanya 5%, proses menyentuh Sistem 1 melalui branding dan marketing sangat memakan waktu dan biaya. Sistem 1 sangat relevan dalam politik dan perilaku konsumen. Contoh: iklan emosional lebih diingat daripada edukatif.
  • Pak Erwin (pengalaman di bidang sales): menjelaskan bahwa reward yang menyentuh emosi (misalnya liburan bersama keluarga) lebih memotivasi dibanding insentif individu.
  • Topik pendidikan: metode belajar seharusnya menstimulasi emosi terlebih dahulu agar Sistem 2 teraktivasi, misalnya melalui penggunaan alat bantu belajar, diskusi kelompok, dan pendekatan experiential learning.
  • Contoh dalam iklan: branding produk pria tapi ditargetkan ke wanita karena wanita adalah decision-maker rumah tangga.
  • Analogi dengan EQ: orang perlu “pause” sebelum bereaksi. Proses berpikir ideal adalah: Feel → Think → Act.
  • Terkait birokrasi: bukan masalah ada atau tidaknya, tapi niat dan orientasi pelayanan. Swasta pun punya birokrasi, namun lebih jelas struktur tanggung jawabnya.

Poin Tambahan Menarik:

  • Anak-anak cenderung beroperasi lebih dominan dengan Sistem 1 karena masih dalam tahap pembelajaran dan pembentukan asosiasi.
  • Pendidikan dan pendekatan kepada anak-anak sebaiknya menggunakan stimulasi emosional positif sebagai fondasi.

Catatan: ringkasan ini dibuat oleh AI (Artificial Inteligence), kesalahan bisa terjadi. Silahkan nonton video aslinya (lengkap) agar tidak salah.
-AI-

More from author

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Related posts

Advertismentspot_img

Latest posts

BREED #258: LIFTOFF | Helmi Himawan, Budi Rahardjo & Jaha Nababan

https://www.youtube.com/watch?v=YCL-ISxxiRI Topik: Pembukaan dan Perkenalan Acara Acara diselenggarakan oleh komunitas Breed dalam rangkaian bedah buku ke-258. Moderator: Gilang (sosiolog digital). Reviewer: Fuad Afif Heria (engineer & energy...

BREED #257: The Power of Strangers | Fuad A Herya, Panji Sisdianto & Gilang

https://www.youtube.com/watch?v=ulclyHtsIxQ Topik: Pembukaan Acara Breed 257 Breed telah memasuki minggu ke-257, acara bedah buku rutin. Susunan acara: pembukaan, book review 20 menit, komentar guest 20 menit,...

Style Boleh, Plagiat Jangan? Etika AI dalam Kreativitas (Budi Rahardjo)

AI, Hak Cipta, dan Pertanyaan Etika: Apakah Gaya Bisa Dimiliki? Perkembangan Artificial Intelligence (AI) dalam bidang kreatif, khususnya seni visual dan musik, menimbulkan banyak perdebatan....