BREED #211: Chip War | Agung Aswamedha, Rinaldi Firmansyah & Titus Herdiawan

Topik: Review Buku “Chip War” oleh Chris Miller

Poin-poin:

1. Pengantar Buku

  • Buku “Chip War” mengulas sejarah dan dinamika persaingan global dalam industri semikonduktor.
  • Ditulis oleh Chris Miller, sejarahwan ekonomi, diterbitkan tahun 2022.
  • Membahas bagaimana chip menjadi komponen kritis dalam semua aspek kehidupan modern, dari otomotif hingga AI.

2. Latar Belakang Teknologi dan Sejarah

  • Perkembangan chip berakar dari kebutuhan militer, misalnya pengembangan komputer untuk sistem senjata presisi sejak Perang Dunia II.
  • Transistor menggantikan vacuum tube sebagai revolusi besar dalam elektronik.
  • Perusahaan seperti Fairchild Semiconductor, Intel, dan Texas Instruments berkembang dari kebutuhan militer AS.

3. Evolusi Industri dan Rantai Pasok

  • Evolusi dari industri berbasis militer ke pasar komersial seperti kalkulator dan Walkman.
  • Rantai pasok chip sangat kompleks dan global: desain banyak dilakukan di AS, manufaktur di Taiwan (TSMC), packaging di Singapura dan Filipina, dan mesin lithography dari Belanda (ASML).

4. Aspek Geopolitik

  • Persaingan utama kini antara Amerika Serikat dan Tiongkok, terutama dalam kontrol atas teknologi dan rantai pasok chip.
  • China belum mampu memproduksi chip paling canggih karena keterbatasan akses teknologi seperti mesin lithografi EUV yang dikendalikan AS dan sekutunya.
  • Embargo teknologi dari AS membuat ambisi China membangun supply chain mandiri menjadi sulit tercapai.

5. Perspektif Masa Depan dan Strategi Negara

  • AS membangun pabrik chip di Arizona dengan subsidi besar untuk mengurangi ketergantungan pada Taiwan.
  • Desainer chip mayoritas masih berbasis di Silicon Valley dan sulit disaingi oleh China.
  • Nvidia unggul karena fokus pada parallel computing (GPU) untuk AI dibandingkan Intel yang fokus ke CPU.
  • China dianggap terlalu mengandalkan Huawei untuk banyak lini elektronik, berbeda dengan tren global yang lebih spesialis.

6. Relevansi dan Implikasi bagi Indonesia

  • Indonesia sempat ditawari pabrik chip oleh Fairchild di 70-an, tapi ditolak karena kebijakan fokus pada padat karya.
  • Ada peluang baru di sektor data center karena keunggulan biaya energi dibandingkan Singapura.
  • Indonesia perlu berfokus pada pengembangan software, R&D, dan elemen lokal konten dalam elektronik militer.

7. Insight Tambahan dari Narasumber

  • Produksi chip makin maju ke node 5nm, 3nm, dan bahkan menuju 2nm, bergantung pada kemampuan mesin lithografi canggih (ASML).
  • ASML mengembangkan teknologi EUV selama 20 tahun sebelum sukses secara komersial.
  • China berusaha membuat EUV sendiri, namun perlu waktu panjang karena kompleksitas dan biaya.

Catatan: ringkasan ini dibuat oleh AI (Artificial Intelligence), kesalahan bisa terjadi. Silahkan nonton video aslinya (lengkap) agar tidak salah.

More from author

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Related posts

Advertismentspot_img

Latest posts

Masih Perlukah Kuliah IT di Era AI? Ini Jawaban yang Harus Kamu Dengar Sebelum Pilih Jurusan (dengan Pak Budi Rahardjo)

Perkembangan kecerdasan buatan (AI) membuat banyak calon mahasiswa mulai bertanya-tanya: Apakah masih penting kuliah di jurusan IT?Apalagi sekarang, berbagai pekerjaan sudah bisa dibantu bahkan...

Apakah AI Akan Menggantikan Pekerjaan Kita? Ini Penjelasan Lengkapnya (dengan Pak Budi Rahardjo)

Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) menimbulkan kekhawatiran di berbagai kalangan, terutama di Indonesia yang dikenal sebagai negara dengan jumlah tenaga kerja besar. Banyak yang...

BREED #252: Manusia Indonesia | Buntoro, Tonny Warsono, Tofan R Zaky & Kartika

https://www.youtube.com/watch?v=vnaAxtxLPJE