
Topik: Bedah Buku “Emotional Agility” oleh Susan David
Pemantik Diskusi
- Buku “Emotional Agility” dibahas sebagai lanjutan dari seri bedah buku mingguan.
- Reviewer: Silvina Savitri (Mbak Pipin), seorang trainer, coach, dan HR consultant dengan latar belakang psikologi.
- Guest: Gita Ika Pratiwi, psikolog dengan pengalaman luas di bidang asesmen dan pelatihan SDM.
Latar Belakang Buku
- Susan David adalah psikolog Harvard yang mulai menulis buku ini setelah artikelnya di Harvard Business Review menjadi viral.
- Buku ini menggabungkan konsep dan praktik seputar kecerdasan emosional yang aplikatif.
Inti Konsep Emotional Agility
- Emotional agility berarti kemampuan untuk tetap fleksibel terhadap pikiran dan perasaan, dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai personal.
- Kebalikannya adalah emotional rigidity, ketika individu terjebak dalam pola pikir atau emosi yang kaku.
- Susan David mengutip Viktor Frankl: “Between stimulus and response there is a space”, sebagai landasan penting bahwa kita punya pilihan dalam merespon emosi.
Delapan Gagasan Utama Buku
- Showing Up: Mengakui dan menerima emosi tanpa menilai.
- Stepping Out: Mengambil jarak dari emosi, bisa dilakukan melalui journaling atau menggunakan perspektif orang ketiga.
- Walking Your Why: Menjalani hidup berdasarkan nilai pribadi, bukan autopilot sosial.
- Moving On (Tiny Tweaks): Perubahan signifikan dimulai dari langkah-langkah kecil dan realistis.
- Seesaw Principle: Keseimbangan antara kenyamanan dan tantangan; kenyamanan berlebih bisa menjadi jebakan stagnasi.
- Unhooking: Melepaskan diri dari keterikatan pikiran negatif (blaming, overthinking, dll).
- Avoidance vs Grit: Hindari menghindari; hadapi tantangan dengan ketangguhan sambil tetap mengevaluasi situasi.
- Practicing Compassion: Bersikap lembut terhadap diri sendiri saat menghadapi emosi negatif, layaknya memperlakukan sahabat sendiri.
Implementasi Praktis
- Buku ini menjembatani konsep dan praktik: cocok untuk HR, coach, dan siapa pun yang ingin lebih sadar emosi.
- Teknik seperti journaling, mindfulness, menggunakan bahasa yang memisahkan “diri” dari “emosi”, hingga refleksi nilai personal ditekankan.
- Emosi negatif tidak untuk dihindari, tapi dipahami sebagai sinyal dan alat navigasi kehidupan.
- Bad mood bisa memberikan sinyal-sinyal penting untuk pengambilan keputusan yang lebih bijak.
- Pentingnya shift perspektif dan tidak selalu harus menjadi “yang benar”.
Refleksi Personal dan Diskusi
- Mbak Gita menekankan kekuatan “the thinker or the thought”, pentingnya mindset saat menghadapi situasi sulit.
- Cerita tentang kapal perang dan mercusuar digunakan untuk menggambarkan pentingnya mengenali emosi sebagai sistem navigasi yang tidak selalu akurat, namun tetap krusial.
Penutup
- Buku ini membantu pembaca untuk tidak hanya memahami emosi, tapi juga menjadikannya alat untuk tumbuh dan berkembang.
- Ditekankan pentingnya konsistensi, self-kindness, keingintahuan terhadap emosi, dan kesediaan untuk berubah.
Catatan: ringkasan ini dibuat oleh AI (Artificial Intelligence), kesalahan bisa terjadi. Silahkan nonton video aslinya (lengkap) agar tidak salah.
-AI-