BREED #259: Humankind | Hanung Teguh, Defbry Margiansyah & Fuad A Herya

Topik: Pengantar Diskusi

  • Acara membahas review buku ke-259 dalam rangkaian komunitas.
  • Fokus awal komunitas pada isu bisnis, namun berkembang mencakup politik, teknologi, lingkungan, hingga isu sosial.
  • Reviewer utama: Hanung Teguh Martanto (latar belakang perpajakan).
  • Komentator: Devri Margiansyah (peneliti BRIN).

Topik: Buku Humankind (Rutger Bregman)

  • Buku pertama kali terbit 2018, versi terbaru 2021.
  • Tesis utama: manusia pada dasarnya baik, penuh empati, dan kooperatif.
  • Menentang pandangan lama bahwa manusia egois dan penuh konflik.
  • Kritik terhadap media yang lebih sering menyoroti sisi negatif manusia.
  • Harapan: membangun masyarakat berbasis trust, bukan kontrol.

Topik: Teori dan Eksperimen yang Dibahas

  • Broken Windows Theory: Bregman menilai teori ini dilebih-lebihkan, vandalisme justru dipicu oleh provokator, bukan kondisi alami.
  • Robbers Cave Experiment: konflik timbul karena setting kompetitif, bukan sifat dasar manusia. Dalam kondisi kolaboratif, manusia bisa akur.
  • Kesimpulan: manusia baik, tapi bisa berubah tergantung konteks dan pemicu eksternal.

Topik: Pandangan Reviewer (Hanung)

  • Menekankan bahwa berita negatif lebih cepat tersebar dibanding kebaikan.
  • Menggarisbawahi bahwa trust lebih penting daripada kontrol dalam membangun masyarakat.
  • Manusia bisa melakukan hal buruk pada titik tertentu (tipping point), tapi bukan berarti sifat dasar manusia jahat.

Topik: Pandangan Komentator (Devri)

  • Awalnya skeptis, menganggap tesis Bregman terlalu utopis.
  • Setuju buku ini membuka ruang refleksi ulang tentang sifat dasar manusia.
  • Kritik:
    • Bregman terlalu menyederhanakan periode nomaden sebagai damai, padahal bukti arkeologi menunjukkan kekerasan tinggi.
    • Klaim “homo puppy” (manusia jinak) bermasalah, karena institusi tidak selalu penyebab utama kerusakan.
    • Konteks geografis penting: pengalaman Belanda berbeda dengan negara yang penuh konflik seperti Indonesia.
  • Menghubungkan dengan konsep solidaritas mekanik vs organik (Durkheim).
  • Menyoroti problem empati buta (in-group bias) dan bagaimana norma baik bisa dimanfaatkan dalam politik patronase.
  • Menutup dengan peringatan agar pandangan optimis Bregman tidak membuat publik lengah terhadap kekuasaan dan korupsi.

Catatan: ringkasan ini dibuat oleh AI (Artificial Inteligence), kesalahan bisa terjadi. Silahkan nonton video aslinya (lengkap) agar tidak salah.
-AI-

More from author

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Related posts

Advertismentspot_img

Latest posts

Membedakan Fakta dan Rekayasa di Era AI: Bisakah Kita Percaya Lagi? (Budi Rahardjo)

Membedakan Fakta dan Rekayasa di Era AI: Bisakah Kita Percaya Lagi? Di era di mana teknologi berkembang begitu cepat, batas antara fakta dan rekayasa semakin...

Perjalanan Pak Budi Rahardjo dan AI

https://www.youtube.com/watch?v=VkK_m3UeJp8 Dari Computer Vision hingga Generative AI: Perjalanan Panjang Pak Budi di Dunia Artificial Intelligence Dalam video kali ini, kita diajak menyelami kisah inspiratif Pak...

A: BREED #265: The 5 AM Club | Inayati Khaerinnisaa, Hendri Ma’ruf & Fuad A Herya

https://www.youtube.com/watch?v=w_7i99xX1sA Topik: Pembukaan Diskusi Breed 265 – Buku The 5AM Club Pembicara membuka acara dengan beberapa kendala teknis sebelum memulai share screen. Acara Breed ke-265 kembali...