BREED #224: FLIP Thinking | Bambang Pramujo, Budi Rahardjo & Dadan Ramdani

Topik: Diskusi Buku “Flip Thinking” oleh Berthold Gunster dalam Komunitas Breed ke-224

Pembukaan dan Konteks Acara

  • Kegiatan ini merupakan bagian dari bedah buku mingguan komunitas Breed, yang telah berjalan hingga pertemuan ke-224.
  • Buku yang dibahas: Flip Thinking karya Berthold Gunster.
  • Reviewer: Pak Bambang Pramujo, mantan direktur operasional WIKA.
  • Guest: Prof. Budi Rahardjo, pakar cybersecurity dan teknologi dari ITB.

Konsep Utama Flip Thinking

  • Flip Thinking adalah cara berpikir terbalik: mengubah masalah menjadi peluang.
  • Contoh ilustratif: adegan film Indiana Jones, saat Harrison Ford mengganti duel pedang dengan menembak karena sakit perut, menghasilkan adegan ikonik.
  • Inti Flip Thinking: menerima kenyataan dan mencari solusi kreatif dari keterbatasan atau masalah yang ada.

Dasar-dasar Flip Thinking

  1. Menerima kenyataan: sulit dilakukan tapi penting untuk memulai perubahan cara pandang.
  2. Problem berasal dari perbedaan antara keinginan (desire) dan kenyataan (reality).
  3. Persepsi membentuk realitas masalah: persepsi dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, dan keterbatasan indera.
  4. Overlook dan Tunnel Vision: manusia hanya memperhatikan apa yang ingin dilihat.
  5. Bias kognitif mengganggu akurasi pengamatan dan kesimpulan.
  6. Desire tinggi = potensi masalah tinggi: makin banyak keinginan, makin besar potensi timbulnya masalah.
  7. Antifragility: dari konsep Nassim Taleb, artinya tumbuh lebih kuat dari tekanan.
  8. Stop Thinking: kadang menyelesaikan masalah justru memperparah, maka perlu tahu kapan berhenti.

Strategi Flip Thinking (Beberapa Strategi yang Dibahas)

  1. Strategy of Acceptance:
    • Contoh: Richard Branson menerima kenyataan bahwa alat garam-merica dicuri penumpang. Solusi: menjadikannya merchandise gratis bertuliskan “Pinched from Virgin Atlantic.”
    • Contoh lain: Breed yang awalnya ingin offline berubah menjadi online karena pandemi COVID-19.
  2. Strategy of Waiting:
    • Contoh: Menara Eiffel awalnya dibenci, namun lama-lama menjadi ikon Paris karena dibiarkan dan waktu yang “menyembuhkan.”
  3. Strategy of Rethinking:
    • Contoh: Post-it yang lahir dari lem gagal.
    • Contoh: Silly Putty yang gagal dipakai militer, sukses jadi mainan anak-anak.
    • Contoh: Eskalator awalnya untuk mainan, kemudian digunakan untuk transportasi.

Penutup

  • Buku ini mengajak pembaca untuk menggali cara berpikir baru atas masalah sehari-hari.
  • Tersedia banyak cerita inspiratif yang aplikatif dalam kehidupan pribadi dan profesional.

Catatan: ringkasan ini dibuat oleh AI (Artificial Intelligence), kesalahan bisa terjadi. Silahkan nonton video aslinya (lengkap) agar tidak salah.

More from author

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Related posts

Advertismentspot_img

Latest posts

BREED #269: Against Progress | Andi Kuncoro, Akbar Nurdin & Titus Herdiawan

https://www.youtube.com/watch?v=sf8mY6G62WA

BREED #268: Building A Story Brand 2.0 | Mega Wulandari, Ari Eko P & Fuad A Herya

https://www.youtube.com/watch?v=kjZ3L9zJxSQ Topik: Pengantar dan Latar Diskusi Pertemuan Breed ke-268 dengan reviewer Mbak Megah dan komentator Mas Ari. Komunitas banyak membahas buku bisnis, namun juga merambah personal...

BREED #267: Prisoners of Geography | Antonius KK, Defbry Margiansyah & Titus Herdiawan

https://www.youtube.com/watch?v=u0LFa8fOw-k Topik: Review Buku Prisoners of Geography oleh Tim Marshall Poin-poin: Acara rutin Breed ke-267 menampilkan Antonius Karyanto Carsono sebagai reviewer dan Dave Bargianshah (BRIN) sebagai...