Bedah Buku Bisnis #23: Absolute HONESTY | Guest: Egi Sutjiati

Topik Utama:

Membangun Budaya Kejujuran dan Integritas dalam Organisasi


Poin-Poin Penting:

1. Urgensi Topik Kejujuran dan Integritas

  • Kejujuran dan integritas merupakan keniscayaan dalam kepemimpinan dan tata kelola organisasi.
  • Banyak organisasi menganggap topik ini “garing” atau sudah umum, tetapi justru karena itu sering diabaikan dalam praktik.
  • Tantangan besar dalam membudayakan integritas adalah kebiasaan kecil yang dianggap remeh (misalnya: menyalahgunakan waktu kerja, fasilitas kantor).

2. Fondasi Budaya Organisasi

  • Perubahan organisasi harus dimulai dari pembangunan budaya (culture) dan nilai-nilai inti (core values).
  • Contoh core values seperti “AKHLAK” (Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif) di BUMN digunakan sebagai pijakan transformasi.
  • Budaya kejujuran membutuhkan kehadiran dan komitmen nyata dari pimpinan (setting the tone from the top).

3. Enam Prinsip “Absolute Honesty” (The Six Laws)

  1. Tell the Truth – Katakan yang sebenarnya meskipun pahit.
  2. Face the Problem – Hadapi masalah secara terbuka, tidak menghindar.
  3. Disagree and Commit – Boleh tidak setuju, tapi tetap berkomitmen setelah keputusan diambil.
  4. Welcome the Truth – Terbuka terhadap kebenaran meski tidak nyaman.
  5. Reward the Messenger – Hargai whistleblower atau pemberi kabar buruk.
  6. Build a Platform of Integrity – Integritas dibangun sebagai pondasi organisasi.

4. Tantangan dan Pengalaman Praktis

  • Praktik whistleblowing di Indonesia dan negara lain masih menghadapi resistensi, bahkan intimidasi terhadap pelapor.
  • Perubahan budaya di organisasi mapan lebih sulit dibanding membangun organisasi baru.
  • Konsistensi dan persistensi penting dalam melatih tim untuk menerapkan nilai-nilai, seperti tepat waktu dan etika kerja.

5. Peran Pemimpin dan Dialog

  • Pemimpin harus berani menyampaikan keinginan secara jujur meski belum tentu benar.
  • Dialog dan negosiasi merupakan pendekatan penting dalam menyamakan persepsi dan mencapai komitmen bersama.
  • Komitmen kolektif lebih penting daripada dominasi individual dalam proses perubahan.

6. Konteks Sosial dan Budaya Indonesia

  • Setelah reformasi, partisipasi publik meningkat, namun konsistensi dalam pelaksanaan keputusan sering kali kurang.
  • Problem struktural seperti keputusan tanpa dukungan anggaran memperburuk kepercayaan publik.
  • Perubahan sistem dan kebijakan harus didukung oleh logika publik yang kuat dan leadership yang visioner.

7. Inspirasi dari Praktik Nyata

  • Contoh McDonald’s yang konsisten menjaga kebersihan sebagai bentuk kejujuran operasional.
  • Program sosial seperti “Jembatan Hati” menunjukkan pentingnya persistensi personal dalam menanamkan budaya tepat waktu dan tanggung jawab sosial.

Catatan: ringkasan ini dibuat oleh AI (Artificial Inteligence), kesalahan bisa terjadi. Silahkan nonton video aslinya agar tidak salah.

-AI-

More from author

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Related posts

Advertismentspot_img

Latest posts

BREED #252: Manusia Indonesia | Buntoro, Tonny Warsono, Tofan R Zaky & Kartika

https://www.youtube.com/watch?v=vnaAxtxLPJE

Buku Import Mahal dan Susah Didapat? – Diskusi dengan Helmi Himawan

Membangun Budaya Baca dan Inisiatif Buku Bekas: Cerita Pak Helmi dan Dagobookcafe.com Dalam sebuah perbincangan santai namun sarat makna bersama Mas Miko, Pak Helmi—seorang pencinta...

Diskusi Pendidikan, Smart Classroom, AI dengan Hora Tjitra

Belajar dari China: Transformasi Pendidikan, Teknologi, dan AI China dalam dua dekade terakhir mengalami lompatan luar biasa, tidak hanya dalam sektor ekonomi, tetapi juga pendidikan,...