Ferry Felani: Dari Luka Batin Menuju Panggilan Hidup dan Gaya Hidup Membaca

Kadang, perjalanan menuju panggilan hidup tidak selalu dimulai dari kenyamanan. Bagi Ferry Felani, seorang gembala sidang yang telah melayani lebih dari 20 tahun, perjalanan itu dimulai dari kepahitan dan luka batin di masa muda.

Dalam wawancara bersama Komiko di podcast ini, Ferry mengisahkan masa remajanya yang penuh dengan penolakan, kesepian, dan pergumulan batin. Namun justru di masa SMA, di tengah lingkungan sekolah negeri, ia menemukan Tuhan Yesus dan mengalami perubahan hidup yang radikal. Dari sanalah panggilan untuk melayani mulai tumbuh.

“Aku sadar, ilmu dari sekolah teologi itu penting, tapi di lapangan ternyata jauh lebih kompleks,” ungkap Ferry.

Dari Teologi ke Kehidupan Nyata

Setelah lulus sekolah teologi tahun 2004 dan mulai melayani sejak usia 23 tahun, Ferry langsung dihadapkan dengan realitas kehidupan yang tak mudah. Pengalaman pertama dalam pelayanan membuatnya menangis dan menyadari bahwa pengetahuan akademik saja tidak cukup untuk menolong orang yang bergumul dalam kehidupan nyata.

Sejak saat itu, ia berkomitmen untuk tidak berhenti belajar. Ia membaca buku-buku tentang bisnis, kepemimpinan, manajemen, hingga komunikasi — agar bisa memahami orang dari berbagai latar belakang dan memberi solusi yang relevan.

“Kita gak boleh malas hanya karena percaya Tuhan akan menolong. Kita juga harus memperlengkapi diri dengan skill dan pengetahuan,” katanya.

Kekuatan Buku dan Belajar Tanpa Henti

Topik favorit Ferry adalah leadership dan komunikasi. Ia banyak terinspirasi oleh buku-buku karya Dr. John C. Maxwell, Stephen Covey, dan tokoh-tokoh besar lainnya.
Bahkan, Ferry menargetkan untuk membaca 30 buku setiap tahun, dan di tahun 2007 ia pernah mencapai rekor pribadi: membaca 69 buku dalam satu tahun.

Bagi Ferry, membaca bukan hanya kebiasaan, tapi gaya hidup seorang pemimpin. Ia percaya bahwa membaca membuat seseorang memiliki wawasan lebih luas, kemampuan berpikir lebih tajam, dan pilihan kata yang lebih kaya saat berbicara di depan umum.

“Pembaca adalah pemimpin,” ujarnya tegas.
“Kalau kita mau dipakai Tuhan, kita juga harus terus berkembang.”

Tips Membangun Kebiasaan Membaca

Menutup perbincangan, Ferry membagikan beberapa tips sederhana agar orang bisa membangun kebiasaan membaca:

  1. Temukan tujuan membaca. Bukan sekadar hobi, tapi pahami “kenapa aku harus membaca buku ini”.
  2. Mulai dari topik yang menarik. Pilih tema yang sesuai dengan minat agar tidak cepat bosan.
  3. Minta referensi buku. Tanyakan pada orang yang sudah lebih berpengalaman atau komunitas pembaca.
  4. Pilih waktu terbaik. Jangan baca saat mengantuk—pilih waktu ketika pikiran masih segar.
  5. Bagikan hasil bacaan. Tulis, posting, atau ceritakan kembali agar ilmunya semakin melekat.

Bagi Ferry, ketika kita membagikan apa yang kita pelajari, itu bukan hanya menginspirasi orang lain, tetapi juga membuat kita sendiri semakin semangat untuk terus belajar.


Kamu bisa menonton video lengkapnya di YouTube:


Catatan: ringkasan ini dibuat oleh AI (Artificial Intelligence), kesalahan bisa terjadi. Silahkan nonton video aslinya (lengkap) agar tidak salah.
-AI-

More from author

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Related posts

Advertismentspot_img

Latest posts

Frugal IoT: Teknologi Cerdas, Biaya Hemat, Manfaat Besar

Di era digital saat ini, Internet of Things (IoT) menjadi salah satu teknologi yang paling cepat berkembang. Tak hanya untuk perusahaan besar, kini IoT...

BREED #266: The Money Ladder| Firman Elhakim, Sofyandi Sedar & Gilang P Anugrah

https://www.youtube.com/watch?v=oGlrjJkqeEw Topik: Pembahasan Buku The Money Leader karya Frankling & Sante (Breed Episode 266) Poin-poin Buku The Money Leader dibahas dalam edisi ke-266 dari sesi mingguan. Buku...

Membedakan Fakta dan Rekayasa di Era AI: Bisakah Kita Percaya Lagi? (Budi Rahardjo)

Membedakan Fakta dan Rekayasa di Era AI: Bisakah Kita Percaya Lagi? Di era di mana teknologi berkembang begitu cepat, batas antara fakta dan rekayasa semakin...