BREED #229: 12 Rules for Life | Jeffrey Pratama, Sofyandi Sedar &

Topik: Diskusi Buku “12 Rules for Life” oleh Jordan B. Peterson

Pembukaan dan Reviewer

  • Acara BRID edisi ke-229 mengulas buku “12 Rules for Life”.
  • Reviewer utama: Kak Jeffrey Pratama, seorang profesional di bidang Human Capital dan psikologi.
  • Moderator: Tami, mahasiswa S2 IPB.

Tentang Jordan Peterson

  • Psikolog klinis asal Kanada, awalnya belajar ilmu politik.
  • Dikenal karena pandangannya yang konservatif dan kontroversial.
  • Populer melalui video kuliah dan debat publik yang viral.
  • Memiliki pengalaman pribadi yang berat: istri sakit kanker, anak sakit parah, dan dirinya mengalami kecanduan obat anti-cemas.
  • Seorang yang religius dan family-man.

Isi Buku dan Pendekatan

  • Buku bertema self-help berbasis filosofi dan psikologi.
  • Ditulis dengan gaya profesor, cukup berat dan butuh pemahaman mendalam.
  • Menggabungkan pengalaman klinis Peterson, kisah pasien, dan pemikiran tokoh-tokoh seperti Jung, Freud, Dostoevsky, Nietzsche.

Rule 1: Stand up straight with your shoulders back

  • Postur tubuh mencerminkan dan mempengaruhi kepercayaan diri serta kondisi mental.
  • Inspirasi dari perilaku lobster, pemenang terlihat dominan secara fisik.

Rule 2: Treat yourself like someone you are responsible for helping

  • Perlakukan diri sendiri sebaik kita merawat orang yang kita sayangi.
  • Self-care bukan egois, tetapi bagian penting dari kesehatan mental dan fisik.

Rule 3: Make friends with people who want the best for you

  • Pilih lingkungan pertemanan yang mendukung pertumbuhan pribadi.
  • Hubungan toxic harus dihindari, termasuk pasangan yang tidak membawa dampak positif.

Rule 4: Compare yourself to who you were yesterday, not to someone else today

  • Fokus pada perkembangan pribadi, bukan membandingkan diri dengan orang lain.
  • Perbandingan sosial memicu kecemasan, rasa iri, dan rasa tidak puas.

Rule 5: Do not let your children do anything that makes you dislike them

  • Orang tua harus tegas dan disiplin dalam mendidik anak agar diterima masyarakat.
  • Membiarkan perilaku buruk anak justru merugikan perkembangan mental mereka di masa depan.

Catatan: ringkasan ini dibuat oleh AI (Artificial Intelligence), kesalahan bisa terjadi. Silahkan nonton video aslinya (lengkap) agar tidak salah.

More from author

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Related posts

Advertismentspot_img

Latest posts

BREED #252: Manusia Indonesia | Buntoro, Tonny Warsono, Tofan R Zaky & Kartika

https://www.youtube.com/watch?v=vnaAxtxLPJE

Buku Import Mahal dan Susah Didapat? – Diskusi dengan Helmi Himawan

Membangun Budaya Baca dan Inisiatif Buku Bekas: Cerita Pak Helmi dan Dagobookcafe.com Dalam sebuah perbincangan santai namun sarat makna bersama Mas Miko, Pak Helmi—seorang pencinta...

Diskusi Pendidikan, Smart Classroom, AI dengan Hora Tjitra

Belajar dari China: Transformasi Pendidikan, Teknologi, dan AI China dalam dua dekade terakhir mengalami lompatan luar biasa, tidak hanya dalam sektor ekonomi, tetapi juga pendidikan,...