
Topik: Diskusi Buku “The Age of Surveillance Capitalism” karya Shoshana Zuboff
Poin-poin:
- Pembukaan Diskusi:
- Diskusi mingguan membahas buku “The Age of Surveillance Capitalism”.
- Moderator: Mas Adi Kurnia Komara, profesional IT.
- Reviewer utama: Pak Bambang Pramojo, didampingi Prof. Budi Rahardjo dari ITB.
- Tentang Buku:
- Ditulis oleh Shoshana Zuboff, profesor dari Harvard.
- Buku setebal 691 halaman, berisi banyak referensi ilmiah.
- Fokus buku pada istilah baru “Surveillance Capitalism”.
- Pengantar Teoretis:
- Konsep “Modernitas” dibagi menjadi tiga tahap:
- Modernitas 1: Era produksi massal (Fordisme).
- Modernitas 2: Individu mulai mengekspresikan diri (contoh: iPod).
- Modernitas 3: Era digital, data menjadi komoditas.
- Konsep “Modernitas” dibagi menjadi tiga tahap:
- Definisi Surveillance Capitalism:
- Praktik kapitalisme berbasis pengumpulan dan pemanfaatan data perilaku individu tanpa persetujuan eksplisit.
- Dimulai dari pengambilan data untuk meningkatkan layanan, berkembang menjadi monetisasi data perilaku.
- Tokoh utama dalam praktik ini: Google dan Facebook.
- Mekanisme Pengambilan dan Pemanfaatan Data:
- Pengumpulan data melalui layanan gratis, wearable, smart home, dsb.
- Data dikompilasi menjadi profil perilaku untuk prediksi dan pemasaran produk.
- Machine learning dan AI digunakan untuk mengolah dan mengkomersialisasikan data.
- Permasalahan Privasi:
- Pengguna sering kali menyetujui perjanjian penggunaan aplikasi tanpa membaca secara saksama.
- Data termasuk lokasi, perilaku belanja, kebiasaan harian direkam dan diproses.
- Adanya teknologi face dan emotion recognition yang semakin memperdalam pelacakan.
- Kritik terhadap Praktik ini:
- Tindakan Google seperti mobil Street View dianggap sebagai “penyerangan data” (incursion).
- Beberapa negara seperti China, Jerman, Inggris telah membatasi akses layanan ini.
- Proses habituation (pembiasaan) menjadikan masyarakat makin permisif.
- Deklarasi Sepihak oleh Perusahaan Teknologi:
- Perusahaan mengklaim human experience sebagai “free raw material” untuk dikomersialisasi.
- Konsep ini disebut sebagai “The Shifters’ Declaration”.
- Faktor Pendukung Berlanjutnya Praktik Ini:
- Ketidaktahuan masyarakat.
- Ketergantungan terhadap teknologi digital.
- Kepentingan ekonomi dan politik dari negara serta lembaga intelijen.
- Absennya regulasi yang memadai.
- Norma sosial dan tekanan budaya teknologi.
- Tantangan dan Dilema:
- Pengguna dihadapkan pada pilihan: tetap menggunakan dengan risiko kehilangan privasi, atau tidak menggunakan dan tertinggal secara fungsional.
- Pro-kontra antara kenyamanan dan pelanggaran hak privasi.
Catatan: ringkasan ini dibuat oleh AI (Artificial Intelligence), kesalahan bisa terjadi. Silahkan nonton video aslinya (lengkap) agar tidak salah.
-AI-