Siap. Ini versi bersih tanpa tautan/citation—siap copas ke blog:
Dari Kode ke Kata: Percakapan tentang Karier, Bahasa, & Cara “Berteman” dengan AI
Bagaimana seseorang bisa berpindah dari “top programmer” menjadi konsultan manajemen, lalu membangun Nara Bahasa sebagai pendamping kebahasaan untuk profesional? Inilah benang merah obrolan kami—sebuah perjalanan tiga bab karier yang dimulai dari titik balik tahun 2006 ketika Wikipedia mengubah cara pandangnya terhadap menulis ragam formal.
Tiga Bab Karier yang Saling Melengkapi
- Bab 1 — Programmer (±10 tahun): pola pikir sistematis dan kebiasaan mencari pola.
- Bab 2 — Konsultan (±13 tahun): kepekaan menggali kebutuhan klien.
- Bab 3 — Guru/pendamping kebahasaan (sejak 2020): menggabungkan dua keterampilan tadi untuk melatih menulis dan berbicara sesuai konteks kerja.
Kombinasi pengalaman ini membuat pelatihan selalu kustom: mulai dari minta contoh surat/laporan hingga menyusun materi sesuai unit kerja—bahkan untuk divisi yang sangat teknis seperti pemeriksaan di pasar modal.
“Pendamping Kebahasaan”: Apa Sih?
Istilah ini bukan sekadar pelatihan; lebih seperti mendampingi dari hulu ke hilir: menulis buku, melatih pidato, membedah laporan, sampai kelas privat peningkatan karier—termasuk untuk instansi-instansi besar. Fokusnya adalah membuat materi benar-benar relevan dengan pekerjaan sehari-hari peserta.
Baca–Tulis: Mesin Penajam Pikiran
Kami membahas kenapa membaca melatih konsentrasi dan pemahaman mendalam (beda dengan “rasa paham” setelah menonton), dan menulis memaksa pikiran tersusun rapi. Kebiasaan menulis harian sejak Desember 2022 jadi contoh konkret disiplin ini dan dampaknya terasa pada ketajaman berpikir, konsistensi, serta produktivitas.
Pasar Bahasa & Martabat Budaya
Di “linguistic marketplace”, permintaan terbesar saat ini memang untuk bahasa Inggris—sering membuat bahasa Indonesia (apalagi bahasa daerah) terpinggirkan. Karena itu, trigatra bangun bahasa penting: utamakan Indonesia, lestarikan daerah, kuasai asing. Pelestarian bahasa daerah bukan sekadar “berguna” atau tidak, melainkan perkara identitas dan kekayaan nonbendawi: kalau hilang, kita menyesal.
AI: Ancaman atau Kawan Latih?
Jawabannya: kawan, kalau kita naik kelas. AI akan tetap datang; tugas kita adalah menyambut, menjadikannya teman/pendamping, dan memanfaatkannya secara cerdas dalam kerja sehari-hari—termasuk proses menulis dan mengedit. Kuncinya: pahami konteks, pasang pagar etika, dan gunakan AI untuk mempercepat, bukan menggantikan, penalaran manusia.
Ringkasnya, kamu akan dapat:
- Peta jalan karier non-linear yang saling menyambung antar-bab.
- Praktik “pendamping kebahasaan” yang berbasis kebutuhan nyata kerja.
- Kerangka baca–tulis sebagai alat berpikir dan berkarier.
- Cara berdamai dengan AI: kolaborasi, bukan resistensi.
- Perspektif bahasa sebagai martabat budaya sekaligus strategi karier.
Tonton video lengkapnya (terlampir) untuk contoh-contoh praktis, kisah di balik layar, dan tips yang bisa langsung kamu terapkan di tulisan, presentasi, maupun kariermu.
Catatan: ringkasan ini dibuat oleh AI (Artificial Inteligence), kesalahan bisa terjadi. Silahkan nonton video aslinya (lengkap) agar tidak salah.
-AI-