Kembali ke Tahun 1981: Menyelami Dunia Galaxy II dari Epoch

Kalau kamu tumbuh besar di era 80-an atau awal 90-an, ada kemungkinan kamu pernah melihat — atau bahkan memainkan — sebuah alat game kecil berbentuk seperti teleskop futuristik bernama Galaxy II. Bagi yang belum tahu, ini bukan sekadar mainan elektronik biasa. Galaxy II adalah representasi dari masa ketika video game masih sederhana tapi punya daya tarik luar biasa.

Beberapa waktu lalu saya berkesempatan mencoba langsung game legendaris ini lewat pinjaman dari teman dekat. Hasilnya? Rasa kagum dan nostalgia menyerbu sekaligus. Saya dokumentasikan semuanya dalam sebuah video di channel YouTube saya (link videonya bisa dilihat nanti di bawah), dan rasanya sayang kalau tidak diceritakan juga lewat tulisan.

Mengenal Galaxy II

Galaxy II adalah produk keluaran Epoch, perusahaan asal Jepang yang cukup dikenal pada zamannya karena beberapa rilisan elektronik interaktif mereka. Di luar negeri, khususnya Amerika dan Inggris, perangkat ini dirilis dengan nama Astro Wars. Bentuk fisiknya cukup ikonik — bagian atas melengkung seperti lensa pembesar dengan layar mungil bercahaya warna-warni.

Teknologi yang digunakan oleh game ini adalah VFD (Vacuum Fluorescent Display). Bagi yang belum familiar, layar jenis ini mampu memancarkan cahaya terang tanpa bantuan backlight eksternal — sesuatu yang sangat inovatif untuk tahun 1981.

Satu Hal Yang Tidak Bisa Dilupakan: Sederhana Tapi Menegangkan

Gameplay-nya simpel: kamu mengendalikan pesawat luar angkasa kecil yang hanya bisa bergerak ke kanan dan kiri serta menembakkan satu peluru dalam satu waktu. Musuh datang dari atas secara bertahap sesuai level permainan. Ada empat level total:

  • Level awal cukup mudah; musuh muncul perlahan satu per satu.
  • Level berikutnya makin cepat dan mulai muncul dua musuh bersamaan.
  • Sampai akhirnya di level tertinggi, layar penuh “hujan peluru” membuatmu harus bermanuver cepat agar tetap hidup.

Tidak ada boss besar atau efek ledakan mewah seperti game sekarang. Tapi justru itulah pesonanya. Ketegangan dibangun melalui keterbatasan kontrol dan desain permainan itu sendiri.

Apa yang Membuat Game Ini Spesial?

Bukan hanya bentuk fisiknya yang unik atau tampilannya yang retro banget, tapi juga fakta bahwa semua elemen dalam perangkat ini bekerja tanpa software rumit atau grafis digital berat. Semuanya mekanis dan elektris — sebuah perpaduan antara desain visual cerdas dan teknik analog klasik.

Jumlah baris pada layarnya sekitar delapan ke atas dengan lima kolom horizontal tempat pesawat bergerak bebas bolak-balik sambil menembak jatuh alien-alien kecil digital itu.

Yang lebih menarik lagi: baterainya menggunakan empat buah ukuran C (yang sedang-sedang saja ukurannya), menghasilkan total daya 6 volt agar sistem menyala sempurna. Bahkan baterai pun terasa vintage!

More from author

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Related posts

Advertismentspot_img

Latest posts

Vibe Coding: Cara Baru Ngoding di Era AI

Mengenal Vibe Coding: Ngoding Gaya Baru Era AI Di tengah pesatnya perkembangan kecerdasan buatan, muncul pendekatan baru dalam dunia pemrograman bernama Vibe Coding. Metode ini...

BREED #238: The GOAL | Hanung Teguh, Army Alghifari & Fuad A Herya

https://www.youtube.com/watch?v=gPYpISHRVxc Berikut adalah ringkasan dan poin-poin diskusi dari buku “The Goal” karya Eliyahu M. Goldratt, sebagaimana dibahas dalam sesi review tersebut: Topik Utama Buku Buku ini...

The Overpost: TRUMP NYESEL HAJAR 145% TARIFF KE CHINA?! – AMA Leon The Overpost

Ringkasan: 1. Alasan Apple Enggan Investasi di Indonesia Apple tidak mau berurusan dengan birokrasi berbelit (20 instansi), mafia tanah, dan premanisme. Menginginkan efisiensi, kepastian hukum, dan stabilitas operasional. 2. Dampak Perang Dagang AS - China pada Apple Trump awalnya mengenakan tarif 145% tapi kemudian memberi pengecualian pada produk penting seperti iPhone. Apple terlalu besar untuk gagal (too big to fail) – menyumbang 6-7% bobot S&P 500. Ketergantungan besar pada China (80-90% iPhone dibuat di sana) membuat sulit berpindah dalam waktu singkat. Penurunan harga saham Apple 20% dalam seminggu setelah pengumuman tarif.