Diskusi Pendidikan, Smart Classroom, AI dengan Hora Tjitra

Belajar dari China: Transformasi Pendidikan, Teknologi, dan AI

China dalam dua dekade terakhir mengalami lompatan luar biasa, tidak hanya dalam sektor ekonomi, tetapi juga pendidikan, riset, dan teknologi. Dalam percakapan menarik bersama Pak Hora—seorang mantan profesor di Tiongkok dan konsultan yang pernah berkarya di Jerman dan Indonesia—kita diajak melihat langsung dari dalam bagaimana China bisa melesat meninggalkan banyak negara, bahkan mulai menyaingi Amerika Serikat.

Fokus pada Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan

Salah satu filosofi penting yang diterapkan oleh Presiden Hu Jintao saat itu adalah “Scientific Development”. Semua kebijakan harus berbasis riset ilmiah. Pemerintah China bahkan mendatangkan ribuan profesor asing ke universitas-universitasnya. Pak Hora sendiri adalah bagian dari gelombang itu dan mengajar di Cecang University (yang kini masuk jajaran Top 50 dunia).

China juga membuka pintu lebar-lebar untuk anak muda dari luar negeri mengajar bahasa Inggris di sekolah-sekolah, yang mempercepat kemampuan komunikasi generasi muda mereka secara global.

Budaya Belajar yang “Haus” Ilmu

Mentalitas belajar orang China sangat berbeda. Mereka belajar bukan hanya karena passion, tapi karena sadar bahwa satu-satunya jalan untuk meningkatkan kualitas hidup adalah melalui pendidikan. Dalam pengamatan Pak Hora, mahasiswa China bahkan sampai “menyerap” gaya bicara dosennya—termasuk logat Jawa!—demi meniru dan memahami lebih dalam.

Investasi Masif di Teknologi dan AI

Transformasi China juga ditopang oleh investasi besar di AI dan teknologi. Sejak satu dekade terakhir, perusahaan-perusahaan rintisan (start-up) di China berlomba-lomba mengumpulkan data dan mengembangkan algoritma pintar. Salah satu contohnya adalah layanan sepeda dan payung gratis di kota Hangzhou yang ternyata bertujuan untuk mengumpulkan data perilaku pengguna untuk melatih AI.

Jumlah peneliti AI dengan gelar PhD di China kini diperkirakan mencapai 60–70% dari total dunia. AI tak lagi hanya dikerjakan oleh lulusan Computer Science, tapi juga oleh para psikolog, filsuf, hingga ahli bahasa.

Tantangan dan Peluang untuk Indonesia

Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Menurut Pak Hora, Indonesia tidak sepenuhnya tertinggal. Justru kita sedang berada dalam momentum untuk mengejar. Tapi kuncinya adalah pada kesiapan mental belajar, keterbukaan pada kolaborasi global, serta adaptasi teknologi—terutama AI.

Kita harus mampu memanfaatkan AI, bukan hanya takut tergantikan olehnya. Generasi muda Indonesia perlu memahami bahwa AI bukan akhir dari proses belajar, melainkan alat yang harus dikuasai untuk tetap relevan.

Penutup

Perjalanan China tidak terjadi dalam semalam. Mereka membangun fondasi pendidikan dan riset selama puluhan tahun, dengan kemauan belajar yang luar biasa dan dukungan penuh dari negara. Jika Indonesia mau menyusul—bahkan melampaui—kita harus belajar dengan cara yang sama: serius, haus ilmu, dan berani terbuka.

Catatan: ringkasan ini dibuat oleh AI (Artificial Intelligence), kesalahan bisa terjadi. Silahkan nonton video aslinya (lengkap) agar tidak salah.
-AI-

More from author

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Related posts

Advertismentspot_img

Latest posts

BREED #252: Manusia Indonesia | Buntoro, Tonny Warsono, Tofan R Zaky & Kartika

https://www.youtube.com/watch?v=vnaAxtxLPJE

Buku Import Mahal dan Susah Didapat? – Diskusi dengan Helmi Himawan

Membangun Budaya Baca dan Inisiatif Buku Bekas: Cerita Pak Helmi dan Dagobookcafe.com Dalam sebuah perbincangan santai namun sarat makna bersama Mas Miko, Pak Helmi—seorang pencinta...

Apa itu Sindikat PAU

Sindikat PAU: Komunitas Diskusi Intelektual dan Wirausaha dari ITB Dari sebuah kegiatan mentoring di kampus ITB, kini “Sindikat PAU” tumbuh menjadi komunitas terbuka yang mempertemukan...