Buku Import Mahal dan Susah Didapat? – Diskusi dengan Helmi Himawan

Membangun Budaya Baca dan Inisiatif Buku Bekas: Cerita Pak Helmi dan Dagobookcafe.com

Dalam sebuah perbincangan santai namun sarat makna bersama Mas Miko, Pak Helmi—seorang pencinta buku dan penulis aktif—membagikan kisah perjalanannya dalam dunia literasi yang dimulai sejak kecil. Lahir di sebuah desa di Jawa Timur dan tumbuh dalam lingkungan keluarga guru, Pak Helmi sudah terbiasa membaca majalah dan koran sejak usia dini. Dari majalah anak-anak, pidato Presiden di koran, hingga buku-buku self-help dan politik, minat bacanya terus berkembang seiring waktu.

Salah satu buku yang mengesankan bagi beliau adalah “Berpikir dan Berjiwa Besar”, yang dibaca saat SMA. Ketertarikan membaca itu juga mendorongnya untuk menulis, dimulai dari lomba karya ilmiah remaja hingga menulis artikel di berbagai media seperti Majalah Intisari, SWA, dan kolom teknologi di Pikiran Rakyat. Menurutnya, menulis bukan hanya tentang menyampaikan ide, tetapi juga merapikan pola pikir agar lebih terstruktur.

Menariknya, Pak Helmi menyampaikan bahwa banyak dari pengetahuannya berasal dari membaca buku fiksi. Ia mengagumi penulisan novel-novel John Grisham, yang menurutnya enak dibaca dan kaya gaya bahasa. Hal ini membentuk gaya menulisnya sendiri, yang mengutamakan paragraf pendek, padat, dan mengalir.

Mengenal Dagobookcafe.com

Dari kecintaannya pada buku dan pengalaman berkunjung ke toko buku bekas di luar negeri, Pak Helmi dan keluarganya akhirnya mendirikan Dagobookcafe.com, sebuah toko buku bekas online yang berfokus pada buku-buku berbahasa Inggris. Dagobookcafe.com hadir dengan konsep berbagi: buku dijual dengan harga maksimal Rp50.000 agar tetap terjangkau, dan siapa saja bisa menjadi supplier buku, bukan sekadar “penyumbang”.

Model ini menghindari konsep donasi satu arah yang menciptakan jarak antara pemberi dan penerima. Sebaliknya, setiap orang dapat berkontribusi dalam ekosistem literasi secara setara. Buku yang sudah selesai dibaca bisa dikembalikan ke sistem dan dibeli lagi oleh pembaca baru. Dengan demikian, buku-buku itu terus hidup dan berpindah tangan.

Dagobookcafe.com ingin menghadirkan pengalaman membaca seperti di negara maju: membeli buku seperti membeli makan siang. Karena itu, harga yang ditawarkan tidak lebih dari biaya makan di warteg, namun manfaatnya bisa jauh lebih besar dan berjangka panjang.

Buku-buku yang Tidak Usang Dimakan Zaman

Pak Helmi juga menyoroti bahwa banyak buku, terutama di bidang sosial dan sejarah, tidak pernah benar-benar usang. Buku-buku seperti karya Bung Karno tetap relevan bahkan puluhan tahun setelah diterbitkan. Inilah salah satu alasan mengapa Dagobookcafe.com tidak hanya menjual buku, tapi juga merawat dan menyebarkan pengetahuan lintas generasi.

Bahkan beberapa buku di Dagobookcafe.com berasal dari tokoh-tokoh publik ternama seperti Pak Budiraharjo. Buku-buku tersebut tidak diberi label khusus, namun siapa tahu, Anda adalah pembaca berikutnya dari buku yang pernah menginspirasi para pemimpin pemikiran bangsa.

Penutup

Inisiatif seperti Dagobookcafe.com bukan hanya soal jual beli buku. Ini adalah upaya nyata untuk memperkuat budaya baca, membuka akses literasi, dan membangun komunitas pembaca yang saling mendukung. Semoga langkah kecil ini bisa memberi kontribusi besar bagi kemajuan Indonesia dalam jangka panjang.

Kunjungi: https://dagobookcafe.com

Catatan: artikel ini dibuat oleh AI (Artificial Intelligence), kesalahan bisa terjadi. Silakan tonton video aslinya (lengkap) agar tidak salah.
-AI-

More from author

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Related posts

Advertismentspot_img

Latest posts

BREED #252: Manusia Indonesia | Buntoro, Tonny Warsono, Tofan R Zaky & Kartika

https://www.youtube.com/watch?v=vnaAxtxLPJE

Diskusi Pendidikan, Smart Classroom, AI dengan Hora Tjitra

Belajar dari China: Transformasi Pendidikan, Teknologi, dan AI China dalam dua dekade terakhir mengalami lompatan luar biasa, tidak hanya dalam sektor ekonomi, tetapi juga pendidikan,...

Apa itu Sindikat PAU

Sindikat PAU: Komunitas Diskusi Intelektual dan Wirausaha dari ITB Dari sebuah kegiatan mentoring di kampus ITB, kini “Sindikat PAU” tumbuh menjadi komunitas terbuka yang mempertemukan...