BREED #255: The World for Sale | Dadan Ramdani, Alan Perdana & Titus Herdiawan

Topik: Review Buku “The World for Sale” karya Javier Blas & Jack Farchy

Poin-poin:

  • Acara Breed ke-255 membahas buku “The World for Sale” yang mengungkap dunia tersembunyi para trader komoditas global.
  • Buku ditulis oleh Javier Blas (jurnalis energi & ekonomi global) dan Jack Farchy (jurnalis komoditas & energi), keduanya memiliki pengalaman di Bloomberg dan Financial Times.
  • Tujuan penulisan: membuka mata publik tentang besarnya pengaruh trader komoditas dalam menentukan harga minyak, pangan, logam, termasuk peran mereka di wilayah konflik atau negara yang sedang kudeta.
  • Awal mula sistem trading komoditas modern dimulai tahun 1950-an, saat Theodor Weisser memanfaatkan harga minyak murah Uni Soviet untuk dijual di Eropa.
  • Tahun 1970-an, muncul tokoh Marc Rich yang dijuluki “The Godfather of Oil” berkat keberaniannya berdagang di pasar berisiko tinggi dan memanfaatkan krisis minyak.
  • Strategi sukses Marc Rich: fleksibilitas dalam mengambil keputusan, prinsip “high risk high reward”, dan timing tepat di masa krisis.
  • Kejatuhan Marc Rich disebabkan sistem manajemen tertutup, konflik internal, dan kerugian finansial akibat margin call. Perusahaannya berubah menjadi Glencore, dengan beberapa mantan trader mendirikan perusahaan besar lain seperti Trafigura.
  • Julukan “The Last Bank in Town” muncul karena trader komoditas mampu memberi pembiayaan ke negara krisis dengan jaminan sumber daya alam, seperti kasus Jamaica dan bauksit.
  • Contoh lain: Vitol di Kuba (minyak–gula), Mark Rich di Afrika Selatan (rezim apartheid), dan peran mereka dalam konflik seperti Benghazi, Libya.
  • Perusahaan besar seperti Glencore, Vitol, Trafigura, Gunvor, dan Cargill memiliki pengaruh global besar, kadang melampaui kekuatan pemerintah negara berkembang.
  • Sisi gelap perdagangan komoditas: keterlibatan dalam suap, mendukung rezim otoriter, memanfaatkan krisis untuk keuntungan besar, serta minimnya transparansi karena beroperasi dari wilayah bebas pajak.
  • Perbandingan dengan sektor teknologi & finansial: kalau tech & finance mencari stabilitas ekosistem, trader komoditas justru berkembang saat pasar bergejolak.
  • Relevansi bagi Indonesia: potensi menjadi trader komoditas besar ada, namun tantangan besar mencakup modal besar, infrastruktur, akses pendanaan global, keahlian derivatif/hedging, serta tata kelola yang kuat untuk menghindari korupsi.

Catatan: ringkasan ini dibuat oleh AI (Artificial Inteligence), kesalahan bisa terjadi. Silahkan nonton video aslinya (lengkap) agar tidak salah.
-AI-

More from author

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Related posts

Advertismentspot_img

Latest posts

BREED #258: LIFTOFF | Helmi Himawan, Budi Rahardjo & Jaha Nababan

https://www.youtube.com/watch?v=YCL-ISxxiRI Topik: Pembukaan dan Perkenalan Acara Acara diselenggarakan oleh komunitas Breed dalam rangkaian bedah buku ke-258. Moderator: Gilang (sosiolog digital). Reviewer: Fuad Afif Heria (engineer & energy...

BREED #257: The Power of Strangers | Fuad A Herya, Panji Sisdianto & Gilang

https://www.youtube.com/watch?v=ulclyHtsIxQ Topik: Pembukaan Acara Breed 257 Breed telah memasuki minggu ke-257, acara bedah buku rutin. Susunan acara: pembukaan, book review 20 menit, komentar guest 20 menit,...

Style Boleh, Plagiat Jangan? Etika AI dalam Kreativitas (Budi Rahardjo)

AI, Hak Cipta, dan Pertanyaan Etika: Apakah Gaya Bisa Dimiliki? Perkembangan Artificial Intelligence (AI) dalam bidang kreatif, khususnya seni visual dan musik, menimbulkan banyak perdebatan....