BREED #203: Emotional Design | Jaha Nababan, Hery Setiawan, Arini Annisa & Firman Elhakim

Topik: Emotional Design oleh Don Norman

Pengenalan dan Konteks

  • Acara membahas buku Emotional Design karya Don Norman.
  • Pemateri utama: Kojaha, didampingi Pak Airi dan Mbak Arini Anissa.
  • Tujuan acara: memahami desain dari aspek emosional dan aplikasinya pada produk teknologi.

Tiga Level Emosi dalam Desain

  • Visceral: Reaksi sensori langsung seperti visual dan estetika (insting/pre-conscious).
  • Behavioral: Pengalaman menggunakan, dipengaruhi oleh kebiasaan dan budaya (learned/unconscious).
  • Reflective: Interpretasi dan makna mendalam terhadap produk, memicu loyalitas dan suka/tidak suka yang mendalam.

Pleasure dan Emosi dalam Desain

  • Ideal pleasure: muncul pada visceral dan reflective.
  • Social pleasure: terjadi jika produk mendorong interaksi sosial (contoh: Strava).
  • Psycho pleasure: memicu imajinasi.
  • Behavioral pleasure: terkait efisiensi penggunaan.

Contoh Aplikasi Konsep

  • Cake Mix dari Betty Crocker: gagal di level reflective karena konsumen merasa tidak terlibat dalam proses memasak. Solusi: tambahkan langkah memasukkan telur dan mengaduk.
  • Souvenir vs Memento: Produk ideal adalah yang memicu memori mendalam, bukan hanya sebagai kenang-kenangan (contoh: mobil Morris vs Menara Eiffel).

Desain sebagai Pemicu Memori dan Emosi

  • Desain dapat memicu flow state seperti yang dijelaskan Mihaly Csikszentmihalyi.
  • Kategori kombinasi level: fashion (visceral + reflective), gadget (visceral + behavioral), entertainment (behavioral + reflective).

Emotional Machines dan Teknologi Masa Depan

  • Don Norman mendorong pengembangan Emotional Machine, yaitu teknologi yang dapat membaca, merespons, dan memicu emosi manusia.
  • Contoh: C3PO dan R2D2 dari Star Wars sebagai representasi desain antromorfis dan emosional.

Filosofi Don Norman dalam Produk dan Branding

  • Desain yang sukses butuh test & revise berulang.
  • Produk yang bisa mengubah dunia harus dilandasi visi kuat, bukan semata hasil riset pasar.
  • Contoh: alat pemeras jeruk yang unik dan inovatif, serta desain produk Apple yang simpel tapi kuat secara behavior.

Diskusi Praktis dan Refleksi Narasumber

  • Pak Airi menekankan pentingnya riset visual dan behavioral dalam pengembangan tools dan branding.
  • Mbak Arini menyoroti pentingnya keseimbangan antara ide brilian dan customer-centricity dalam corporate UX.
  • Perdebatan seputar Apple Watch: tetap digunakan walau tidak laku karena membangun conversation, bukan sekadar fungsi.

Kritik terhadap Buku

  • Buku ini lebih banyak mengangkat studi kasus desain artistik dan kurang membumi bagi produk sehari-hari.
  • Untuk pendekatan yang lebih praktis, direkomendasikan baca The Design of Everyday Things.

Catatan: ringkasan ini dibuat oleh AI (Artificial Intelligence), kesalahan bisa terjadi. Silahkan nonton video aslinya (lengkap) agar tidak salah.

More from author

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Related posts

Advertismentspot_img

Latest posts

What if Chromebooks Just Worked—Offline?

What if Chromebooks Just Worked—Offline? Bayangin semua Chromebook di kelas jalan tanpa internet: dokumen, coding, video pembelajaran, sampai perpustakaan lokal—cukup sambung ke server di sekolah. Tonton...

A: BREED #264: Change the Box | Emil F Yakhya, Agung Aswamedha & Rois Solihin

https://www.youtube.com/watch?v=Xhs_z-Qasas Topik: Buku Change the Box karya John Spencer Taylor Poin-poin: Buku ini membahas disiplin dalam inovasi, dengan gagasan utama bahwa inovasi lahir dari batasan (constraint),...

A: BREED #263: Buying Opportunity of a Lifetime | Sofyandi Sedar, Deni Yulian & Titus Herdiawan

https://www.youtube.com/watch?v=XQuoGg626mk Topik: Review Buku “Buying Opportunity of a Lifetime” oleh Juliardy Sunendar (Breed #263) Pembukaan dan Profil Reviewer Moderator: Titus membuka acara dan memperkenalkan reviewer Sofian...