BREED #183: The Intelligence Trap | Deni Yulian, Lita Edia & Rois Solihin

Version 1.0.0

Topik: Review Buku “The Intelligence Trap” (David Robson) – Breed ke-183

Poin-poin:

  • Acara Breed edisi 183 membahas buku “The Intelligence Trap” yang direview oleh Kang Denny Julian dan dilengkapi pengayaan oleh Ibu Lita Edia.
  • Buku ini menjelaskan mengapa orang-orang cerdas justru sering membuat keputusan bodoh dan terjebak dalam “perangkap intelejensi”.

Isi Utama Buku dan Pembahasan Reviewer:

  • Definisi Intelijensi: Kecerdasan (IQ) sering diidentikkan dengan kemampuan kognitif, namun tidak menjamin seseorang membuat keputusan bijak.
  • Perumpamaan: IQ diibaratkan seperti mesin mobil yang kuat, tapi tanpa rem, setir, atau peta arah, bisa menyesatkan atau membahayakan.
  • Contoh Kasus Nyata:
    • Kerry Mullis, penemu PCR, percaya pada teori alien dan menolak hubungan HIV dengan AIDS.
    • Arthur Conan Doyle, penulis Sherlock Holmes, sangat percaya pada spiritualisme, lebih dari Houdini yang justru seorang pesulap rasional.
    • Kasus NASA dan rusian roulette: Mengabaikan kesalahan teknis kecil yang berulang hingga terjadi ledakan fatal.
    • Kasus Paul Frampton, ilmuwan fisika partikel yang tertipu skema cinta online dan berakhir membawa narkoba karena biased reasoning.
    • Kasus Brandon Mayfield, pengacara AS yang salah dituduh sebagai pelaku terorisme karena fingerprint match yang bias.

Bias-bias yang Membuat Orang Cerdas Terjebak:

  • Cognitive Misalignment: Mengambil keputusan berdasarkan pikiran otomatis, bukan logika analitik.
  • Motivated Reasoning & Confirmation Bias: Cenderung mencari data yang menguatkan keyakinan pribadi.
  • Curse of Expertise: Terlalu yakin dengan pengalaman pribadi dan sulit menerima sudut pandang baru.
  • Dunning-Kruger Effect: Orang dengan pengetahuan minim sering merasa paling tahu.
  • Too Much Talent Effect: Tim berisi terlalu banyak orang pintar justru kinerjanya menurun karena konflik ego dan kompetisi.

Solusi dan Tips dari Buku:

  • Gunakan System 2 Thinking (pemikiran lambat dan analitik).
  • Latih metacognition: berpikir tentang cara berpikir kita.
  • Lakukan devil’s advocate: sengaja mempertanyakan pendapat sendiri.
  • Jaga kerendahan hati intelektual, penting dalam tim dan kepemimpinan.
  • Kembangkan juga kecerdasan sosial dan emosional, bukan hanya IQ.

Pengayaan dari Bu Lita Edia:

  • Menekankan pentingnya nilai, keyakinan, motif, dan emosi dalam proses pengambilan keputusan.
  • Menyoroti fenomena di masa pandemi dan politik, di mana banyak keputusan dari orang pintar yang justru membingungkan atau keliru.
  • Problem solving tidak bisa hanya mengandalkan logika, tapi juga dipengaruhi faktor-faktor psikologis dan sosial.

Catatan: ringkasan ini dibuat oleh AI (Artificial Inteligence), kesalahan bisa terjadi. Silahkan nonton video aslinya (lengkap) agar tidak salah.
-AI-

More from author

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Related posts

Advertismentspot_img

Latest posts

BREED #252: Manusia Indonesia | Buntoro, Tonny Warsono, Tofan R Zaky & Kartika

https://www.youtube.com/watch?v=vnaAxtxLPJE

Buku Import Mahal dan Susah Didapat? – Diskusi dengan Helmi Himawan

Membangun Budaya Baca dan Inisiatif Buku Bekas: Cerita Pak Helmi dan Dagobookcafe.com Dalam sebuah perbincangan santai namun sarat makna bersama Mas Miko, Pak Helmi—seorang pencinta...

Diskusi Pendidikan, Smart Classroom, AI dengan Hora Tjitra

Belajar dari China: Transformasi Pendidikan, Teknologi, dan AI China dalam dua dekade terakhir mengalami lompatan luar biasa, tidak hanya dalam sektor ekonomi, tetapi juga pendidikan,...