
Topik: Diskusi Buku “48 Laws of Power” oleh Robert Greene
Poin-poin:
- Pengantar dan Narasumber: Buku ke-168 dalam diskusi Breed, dibawakan oleh Coach Putih Retno Ali dan Pak Buntoro sebagai guest. Moderator oleh Amirul, mahasiswa Informatika dengan rekam jejak inovatif.
- Profil Buku:
- Ditulis oleh Robert Greene (1998), fokus pada dinamika kekuasaan.
- Buku ini sering dikutip di media sosial, khususnya dalam bentuk kutipan motivasi.
- Banyak contoh diambil dari sejarah 3000 tahun, dari Romawi, Tiongkok, Jepang, hingga abad modern.
- Isi dan Perspektif:
- Buku ini tidak punya landasan saintifik atau bukti psikologis, namun dipandang realistis oleh pembacanya.
- Beberapa hukum atau “law” yang dibahas:
- Law 1: Never Outshine the Master – Jangan membuat atasan merasa terancam oleh kemampuan kita.
- Law 3: Conceal Your Intention – Jangan buka niat atau rencana, relevan dalam konteks negosiasi bisnis.
- Law 5: Guard Your Reputation – Reputasi sangat penting dan harus dijaga.
- Law 11: Learn to Keep People Dependent on You – Relevan dalam membangun kemitraan.
- Law 46: Never Appear Too Perfect – Terkadang menunjukkan kelemahan bisa membuat kita lebih diterima.
- Hukum yang kontroversial:
- Law 2: Never Put Too Much Trust in Friends, Learn How to Use Enemies
- Law 15: Crush Your Enemy Totally
- Law 27: Play on People’s Need to Believe to Create a Cult-Like Following – Dibahas dengan analogi fans K-pop.
- Studi kasus: Theranos oleh Elizabeth Holmes sebagai contoh dari conceal your intention.
- Pro-Kontra Buku:
- Buku ini dilarang di beberapa penjara AS karena dianggap bisa memicu manipulasi.
- Beberapa peserta menyoroti potensi buku ini digunakan untuk hal yang manipulatif.
- Namun, dengan mindset kritis dan kesadaran etis, isi buku bisa menjadi sumber belajar kekuasaan yang realistis.
- Tanggapan Pak Buntoro:
- Menekankan perlunya memahami konteks sejarah dari contoh-contoh buku.
- Mengutip kisah-kisah seperti Zhuge Liang dari Three Kingdoms dan Hideyoshi dari Jepang untuk menunjukkan konteks penting.
- Membahas contoh lokal seperti Ken Arok dan IGGI sebagai penerapan power dynamics dalam sejarah Indonesia.
- Diskusi Penutup:
- Reviewer menyampaikan bahwa talk less than necessary efektif dalam konteks politik kantor.
- Diskusi bahwa politik kantor tidak selalu negatif, bisa menjadi alat bagi orang bertalenta untuk naik posisi jika digunakan secara tepat dan etis.
Catatan: ringkasan ini dibuat oleh AI (Artificial Intelligence), kesalahan bisa terjadi. Silahkan nonton video aslinya (lengkap) agar tidak salah.
-AI-