Bedah Buku Bisnis #29: Leaders Eat Last | Budiati Prasetiamartati & Agus Honggo Widodo

Topik: Diskusi Bedah Buku “Leaders Eat Last” oleh Simon Sinek

Poin-Poin:

  • Pengantar dan Tujuan Diskusi
    Acara merupakan diskusi rutin yang membahas buku-buku bisnis dan kepemimpinan. Kali ini membedah buku ke-29: Leaders Eat Last oleh Simon Sinek. Format diskusi ideal melibatkan pembahas utama (Bu Dias) dan komentator praktisi (Pak Agus Honggo Widodo).
  • Profil Pembahas dan Narasumber
    Bu Dias adalah Program Lead di Knowledge Sector Initiative, kerjasama Bappenas dan Pemerintah Australia untuk mendorong kebijakan berbasis bukti.
    Pak Agus adalah President Director PT Cinex Metrodata, dengan pengalaman lebih dari 30 tahun di industri distribusi teknologi.
  • Isi Buku dan Pembahasan Bu Dias
    • Leaders Eat Last menjelaskan pentingnya kepemimpinan berbasis empati, pengorbanan, dan nilai-nilai kemanusiaan.
    • Judul buku merujuk pada budaya pemimpin militer AS yang makan terakhir, sebagai bentuk mendahulukan anak buah.
    • Buku ini menyoroti tiga poin utama:
      1. Karakter Pemimpin Hebat
        Pemimpin yang baik memiliki empati, memanusiakan karyawan, dan berkomitmen pada kesejahteraan timnya.
      2. Circle of Safety (Lingkaran Keamanan)
        Membangun lingkungan kerja yang aman, kolaboratif, dan saling percaya, agar fokus energi tertuju pada tantangan eksternal, bukan konflik internal.
      3. Tujuan Bernilai dan Perjuangan Bersama
        Pemimpin ideal menginspirasi melalui visi yang nyata dan luhur, melampaui kepentingan laba semata, layaknya orang tua terhadap anak.
    • Buku ini juga membahas empat senyawa kimia dalam tubuh yang berperan dalam kerja tim: Endorfin, Dopamin (selfish chemicals), serta Serotonin dan Oksitosin (selfless chemicals). Organisasi yang sehat mendorong pelepasan selfless chemicals melalui empati, kepercayaan, dan kerja sama.
  • Komentar Praktisi: Pak Agus Honggo Widodo
    • Sependapat dengan isi buku karena praktik di Cinex Metrodata menekankan pay for performance, profesionalisme tanpa nepotisme, dan manajemen partisipatif.
    • Perusahaan dibangun di atas sistem yang kuat, termasuk sistem komputerisasi dan otomatisasi gudang untuk meminimalkan kesalahan (<1%).
    • Menjaga keseimbangan kerja dan hidup (work-life balance) penting: tidak mendorong lembur, fokus pada efisiensi dan sistem pendukung berbasis teknologi.
  • Tanggapan dan Tanya Jawab
    • Bu Dias menjelaskan bahwa semua manusia memiliki senyawa kimia (EDSO), namun lingkungan organisasi menentukan senyawa mana yang lebih dominan, sehingga membentuk budaya individualistik atau kolektif.
    • Pak Agus menekankan pentingnya teknologi dan pengembangan SDM untuk menjaga performa tinggi sambil tetap mendukung kehidupan pribadi karyawan.

Catatan: ringkasan ini dibuat oleh AI (Artificial Inteligence), kesalahan bisa terjadi. Silahkan nonton video aslinya (lengkap) agar tidak salah.
-AI-

More from author

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Related posts

Advertismentspot_img

Latest posts

Kenapa Bahasa Indonesia Adalah Skill Karier Termahalmu? – Ivan Lanin –

Siap. Ini versi bersih tanpa tautan/citation—siap copas ke blog: Dari Kode ke Kata: Percakapan tentang Karier, Bahasa, & Cara “Berteman” dengan AI Bagaimana seseorang bisa berpindah...

What if Chromebooks Just Worked—Offline?

What if Chromebooks Just Worked—Offline? Bayangin semua Chromebook di kelas jalan tanpa internet: dokumen, coding, video pembelajaran, sampai perpustakaan lokal—cukup sambung ke server di sekolah. Tonton...

A: BREED #264: Change the Box | Emil F Yakhya, Agung Aswamedha & Rois Solihin

https://www.youtube.com/watch?v=Xhs_z-Qasas Topik: Buku Change the Box karya John Spencer Taylor Poin-poin: Buku ini membahas disiplin dalam inovasi, dengan gagasan utama bahwa inovasi lahir dari batasan (constraint),...