Vibe Coding: Cara Baru Ngoding di Era AI

Mengenal Vibe Coding: Ngoding Gaya Baru Era AI

Di tengah pesatnya perkembangan kecerdasan buatan, muncul pendekatan baru dalam dunia pemrograman bernama Vibe Coding. Metode ini semakin populer sejak awal 2025, dan dianggap sebagai salah satu cara revolusioner untuk membangun aplikasi tanpa harus benar-benar memahami detail teknis kode.

Pada dasarnya, Vibe Coding memungkinkan kita untuk ngoding hanya dengan memberikan instruksi atau ide secara natural (bahasa sehari-hari) kepada AI seperti ChatGPT, Claude, atau Copilot. AI akan menghasilkan kode berdasarkan masukan tersebut, dan kita tinggal mengevaluasi hasilnya.

Apa Itu Vibe Coding?

Vibe Coding adalah istilah yang merujuk pada proses pembuatan perangkat lunak dengan bantuan AI, di mana proses utamanya lebih berfokus pada komunikasi ide daripada penulisan kode secara manual.

Alih-alih mulai dari nol, kita cukup mendeskripsikan apa yang ingin dibuat—misalnya “buat aplikasi pencari ISBN dari file PDF”—dan AI akan menuliskan struktur kodenya untuk kita. Jika ada yang perlu diubah, tinggal beri masukan tambahan.

Metode ini sangat cocok untuk:

  • Membuat prototipe dengan cepat
  • Eksperimen ide produk digital
  • Belajar logika pemrograman tanpa harus jadi ahli

Pengalaman Mico Wendy dengan Vibe Coding

Dalam video “Ngoding Zaman Now: Kenalan dengan Vibe Coding & AI Tools”, Mico Wendy berbagi pengalamannya menggunakan beberapa platform berbasis AI. Ia mencoba membuat aplikasi dari nol hanya dengan bantuan AI dan membandingkan hasilnya di beberapa tool.

Beberapa hal menarik yang ia temukan antara lain:

  • WindSurf: Memiliki antarmuka yang mulus antara backend dan frontend. Dapat berpindah antara mode “write” dan “chat” dengan fleksibel.
  • Visual Studio Code + Copilot: Memberi banyak fitur tambahan tapi belum sefleksibel WindSurf dalam konteks interaktif.
  • Claude dan GPT-4.1: Memberikan hasil yang cukup baik dalam memahami konteks dan instruksi pengguna.

Namun, ia juga mencatat beberapa tantangan:

  • AI terkadang mengubah bagian kode yang tidak diminta.
  • Konteks obrolan sebelumnya bisa hilang saat proses berlangsung lama.
  • Masih dibutuhkan pemahaman dasar tentang struktur kode agar bisa mengarahkan AI dengan benar.

AI: Asisten Baru Programmer?

Vibe Coding menunjukkan bahwa AI bukan pengganti programmer sepenuhnya, melainkan asisten super yang bisa mempercepat proses kerja. Ini sejalan dengan pola kerja seperti dalam buku The Mythical Man-Month, di mana seorang programmer dapat dikelilingi oleh tim pendukung untuk menyelesaikan tugas lebih efisien—dan kini AI mengambil peran tim itu.

Namun demikian, perubahan ini juga memunculkan tantangan baru di dunia kerja. Dengan meningkatnya efisiensi kerja berkat AI, kebutuhan tenaga kerja bisa berubah. Perusahaan mungkin tidak lagi butuh 10 developer untuk satu proyek kecil, cukup 2–3 orang plus bantuan AI.

Kesimpulan

Vibe Coding adalah pendekatan baru yang menarik dan sangat relevan di era AI saat ini. Meski belum sempurna, metode ini membuka peluang besar bagi siapa saja untuk mulai membangun aplikasi tanpa perlu menjadi expert dalam coding.

Apakah ini akan menjadi standar baru dalam pengembangan software? Waktu yang akan menjawab. Tapi satu hal pasti – kemampuan beradaptasi dengan teknologi seperti ini akan menjadi nilai tambah besar di masa depan.

Tonton video lengkapnya di bawah ini untuk melihat langsung bagaimana Vibe Coding bekerja:

More from author

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Related posts

Advertismentspot_img

Latest posts

BREED #238: The GOAL | Hanung Teguh, Army Alghifari & Fuad A Herya

https://www.youtube.com/watch?v=gPYpISHRVxc Berikut adalah ringkasan dan poin-poin diskusi dari buku “The Goal” karya Eliyahu M. Goldratt, sebagaimana dibahas dalam sesi review tersebut: Topik Utama Buku Buku ini...

The Overpost: TRUMP NYESEL HAJAR 145% TARIFF KE CHINA?! – AMA Leon The Overpost

Ringkasan: 1. Alasan Apple Enggan Investasi di Indonesia Apple tidak mau berurusan dengan birokrasi berbelit (20 instansi), mafia tanah, dan premanisme. Menginginkan efisiensi, kepastian hukum, dan stabilitas operasional. 2. Dampak Perang Dagang AS - China pada Apple Trump awalnya mengenakan tarif 145% tapi kemudian memberi pengecualian pada produk penting seperti iPhone. Apple terlalu besar untuk gagal (too big to fail) – menyumbang 6-7% bobot S&P 500. Ketergantungan besar pada China (80-90% iPhone dibuat di sana) membuat sulit berpindah dalam waktu singkat. Penurunan harga saham Apple 20% dalam seminggu setelah pengumuman tarif.

Ringkasan dr. Richard Lee, MARS: Sarwendah

MINDSET 07 - JADI JANDA BUKAN AKHIR!! PEREMPUAN YANG TETAP BERDIRI DIKAKI SENDIRI! https://www.youtube.com/watch?v=fpulFdb9xW0 Percakapan Bersama Sarwendah tentang Keluarga, Perceraian, dan Peran sebagai Ibu Ringkasan video: 1. Isu...